Di tengah era digital yang bergerak serba cepat, BILANGAN hadir sebagai jeda. EP ini adalah upaya Societeit de Harmonie dan Natasya Elvira untuk mengajak pendengarnya berhenti sejenak, duduk, dan mendengar. Bukan sekadar mendengar bunyi, tapi mendengar diri sendiri. Setelah dua tahun merangkai eksperimen atas standar jazz, lagu Jawa, hingga materi anak-anak, mereka akhirnya menandai fase baru, berbicara dengan bahasa sendiri.
Ditulis dan diproduksi oleh Pradhana Setya Kusuma, serta dinyanyikan oleh Natasya Elvira dengan sensibilitas yang elegan, BILANGAN mengandung empat komposisi: “Sembilan,” “Tiga,” “Kosong,” dan “Sepuluh.” Empat angka yang tampak acak, namun menyimpan benang merah emosi yang runtut: kehilangan, perenungan, keheningan, dan keberanian untuk merelakan.
Alih-alih menyederhanakan jazz agar mudah dicerna, Societeit de Harmonie menyelundupkannya dengan cara yang lebih tulus: menghidupkannya lewat tekstur yang akrab. Denting piano, double bass yang membumi, dan gesekan klarinet atau trombone disusun bukan untuk mengintimidasi, melainkan untuk mengingatkan. Bahwa jazz juga bisa hadir sebagai ruang aman bukan sekadar gaya hidup elite.
Jamie Aditya turut hadir di salah satu lagu sebagai “paman” dari karakter Natasya. Tapi lebih dari gimmick, peran Jamie terasa seperti bagian dari narasi besar EP ini: bagaimana generasi saling merawat luka dan cerita, lewat nada.
Jika harus memilih satu track yang mencolok, “Kosong” mungkin jadi pusat gravitasi emosi EP ini. Ia bukan lagu sedih, bukan pula lagu penghibur melainkan ruang sunyi tempat semua rasa yang belum bisa diberi nama ditampung dan dipeluk. Sementara itu, “Tiga” dan “Sembilan” mengajak untuk menengok ke belakang tanpa kehilangan arah ke depan. Ada semacam elegansi dalam cara lagu-lagu ini menerima kekacauan sebagai bagian dari keseimbangan.
Secara musikal, BILANGAN bukan proyek yang mencari perhatian. Tapi justru karena itulah ia layak diperhatikan. Societeit de Harmonie membuktikan bahwa tidak semua rilisan harus berbicara lantang untuk bisa terdengar. Di era algoritma dan viralitas, EP ini adalah semacam surat pribadi yang dikirim pelan-pelan namun dengan kehangatan dan perhatian yang tak main-main.
Jika ada panggung yang menampilkan BILANGAN dalam bentuk live show penuh, dengan tata cahaya yang intim dan ruangan akustik yang mendukung, besar kemungkinan pertunjukan itu akan menjadi salah satu momen musikal yang membekas diam-diam dengan amat dalam di benak para penontonnya.
Oleh Bayu Fajri
