RilisanRilisan Baru

GIANTKILLING – ANTITESIS : Luka, Kekacauan, dan Proses Pulih dalam Lima Babak Emosional

ANTITESIS bukan sekadar rilisan baru dari GIANTKILLING—ini adalah refleksi dari fase tergelap yang bisa dialami siapa pun, dibalut dalam sonik modern rock yang atmosferik dan mentah. Dirilis 30 April 2025, EP ini jadi semacam catatan emosional: luka, kekacauan batin, pengkhianatan diri, relasi yang membingungkan, sampai akhirnya… pulih.

Lima lagu dalam EP ini berangkat dari kisah nyata seorang sahabat dekat mereka, dan direkam hanya dalam satu bulan—sebuah tanda bahwa apa yang tertuang di sini bukan dikalkulasi, tapi dialirkan.

“NCL” membuka semuanya dengan nuansa berat dan dingin. Nada rendah, distorsi tebal, dan vokal yang sengaja ditahan—seolah sedang menahan amarah atau kesedihan yang belum punya bentuk. Ini lagu tentang titik nol. Tentang tubuh yang masih hidup tapi jiwanya sedang dalam koma emosional.

Lalu masuk ke “ANASTEZIA”, sebuah ledakan perasaan mati rasa. Track ini terasa seperti tubuh yang sedang bergerak tapi tanpa arah, dengan dentuman drum dan progresi gitar yang melingkar. Liriknya bicara soal kehilangan kepekaan—bahwa kadang, yang paling menyakitkan justru adalah saat tak bisa merasa apa-apa.

Di titik tengah, “IMPOSTER” jadi klimaks emosional. Musiknya bergerak cepat, penuh urgensi, nyaris panik. Ini lagu yang menyorot sisi gelap dari self-doubt—bagaimana ketika seseorang mulai mempertanyakan siapa dirinya, apakah pantas dicintai, dan apakah semua ini hanya kebohongan besar. Track ini keras, tapi jujur.

“SKIZOLOVE” hadir dengan tempo yang lebih lambat, tapi justru terasa paling menyesakkan. Ada konflik antara dua sisi: cinta yang intens tapi destruktif, dan kesadaran bahwa hubungan ini mungkin harusnya berhenti sejak lama. Gitar clean dan vokal yang lebih terbuka jadi highlight, membuatnya terdengar personal dan melankolis.

Semua itu akhirnya dibungkus dalam “PULIH”, yang menggandeng Arin dari Caessaria. Kolaborasi ini terasa seperti udara segar setelah badai. Arin membawa kontras yang lembut—mengimbangi suara GIANTKILLING yang penuh luka dengan bisikan harapan. Lagu ini bukan perayaan, tapi penanda bahwa proses penyembuhan sudah dimulai. Dan itu cukup.

Sebagai sebuah EP, ANTITESIS kuat karena tidak mencoba jadi “konsep”, tapi benar-benar sebuah proses. Tidak semua lagu terdengar sempurna, dan memang seharusnya begitu—karena rasa sakit pun tidak pernah datang dalam bentuk yang rapi.

GIANTKILLING tidak sedang mengajak kalian untuk memahami semuanya. Tapi mereka ingin bilang: “Kami pernah ada di sana, dan kami tahu rasanya.”

Dan kalau kalian juga sedang berjuang—dalam bentuk apa pun—mungkin ANTITESIS bisa jadi suara yang menemani.

Oleh Bayu Fajri

Shares:

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *