Ada band yang tumbuh besar bersama generasinya. Ada pula band seperti Ninety Horsepower yang terus hidup, meski lama seperti tidur panjang. Berdiri sejak 2013, mereka bukan nama baru di lingkaran indie. Namun, selama lebih dari satu dekade, hanya satu album yang sempat mereka lahirkan, Pagi Pasti Kembali di tahun 2018. Setelah itu, sunyi. Tidak ada rilisan, tidak ada tanda-tanda lanjutan.
Lama tak terdengar, banyak yang mengira Ninety Horsepower sudah menyerah. Tapi tahun lalu, mereka muncul kembali dengan EP baru. Sebuah karya yang menandakan bahwa semangat mereka belum benar-benar padam. Kini, hanya berselang satu tahun, mereka kembali lagi dengan single berjudul “Betmen”, membuka jalan menuju album kedua yang tengah mereka siapkan. Untuk pertama kalinya dalam perjalanan mereka, produktivitas terasa mungkin.
‘Betmen’: Tentang Keresahan, Kekesalan, dan Cinta yang Aneh
“Betmen” bukan sekadar lagu tentang hewan peliharaan. Ditulis oleh Ghina Salsabila (vokal/gitar) dan Irvanuddin Rahman (drum), lagu ini terinspirasi dari kucing bernama Betmen milik Ghina. Namun, karakter Betmen berkembang menjadi simbol. Ia adalah representasi dari seseorang yang disayangi, tapi membuat lelah. Sosok yang tak jelas arah hidupnya, sulit dipahami, tapi tetap kita tunggu.
Liriknya jujur, penuh amarah dan kelelahan emosional. Musiknya pun tidak rapi dan halus. Aransemennya mengalir dengan energi garage yang mentah, dibalut semangat indie rock yang liar. Di tangan produser Vit Alian, band ini terdengar lebih berani dan eksplosif. Sementara mixing dan mastering dari Muhammad Ghur mengawetkan nuansa kasar yang membuat lagu ini terasa lebih hidup.
Lagu yang Tidak Tenang, dari Band yang Akhirnya Bergerak Lagi
“Betmen” adalah lagu untuk mereka yang pernah jadi cenayang dalam hubungan. Tentang hubungan abu-abu yang menyita tenaga, tentang upaya memahami orang lain yang bahkan tidak memahami dirinya sendiri. Lagu ini seperti tumpahan isi kepala, tanpa sensor dan tanpa ragu.
Dan mungkin inilah suara baru Ninety Horsepower. Suara yang tak lagi menunggu disukai, tapi memilih untuk jujur. Mereka pernah dikenal sebagai band yang tidak cukup produktif, hanya menghasilkan satu album sejak 2013, dan sempat lama tidak terdengar. Tapi kini mereka kembali bergerak. Dengan EP tahun lalu dan single baru ini, ada harapan baru tentang produktivitas. Mungkin, untuk pertama kalinya, kita akan melihat mereka benar-benar mekar.
Mereka bukan band muda lagi. Tapi mereka belum selesai. Dan kadang, justru setelah kita berhenti menaruh harapan, sebuah cerita dimulai dengan cara yang tak terduga.
Oleh Bayu Fajri
