Event

Taman Kolektif: Melting Pot Seni di Studio Taman

Taman Kolektif telah menjadi salah satu agenda rutin yang dinantikan oleh beberapa para penggiat seni, khususnya di Jakarta. Sebagai sebuah wadah kolaboratif, Taman Kolektif tidak hanya menjadi ruang bagi musisi, tetapi juga berbagai seniman lintas disiplin. Mengusung konsep acara bulanan, Taman Kolektif digelar di Studio Taman, sebuah tempat yang dimiliki oleh Bambang Adinegoro yang merupakan seorang Sound Engineer, dan menghadirkan beragam kegiatan mulai dari talkshow, workshop, hingga pertunjukan musik akustik.

Dalam wawancara eksklusif bersama Shoutbox, Mas Djoko Arisakti, selaku inisiator dan founder dari Taman Kolektif bersama Mas Santoso F. Nugroho dan Mas Bambang Adinegoro, membagikan cerita di balik lahirnya event ini. Mas Djoko menceritakan bagaimana acara ini muncul dari diskusi santai antar teman seniman, dan menjelaskan visi jangka panjangnya sebagai platform yang serius dan berkelanjutan.

Kami juga mendalami lebih jauh mengenai tantangan, kolaborasi, serta format unik acara yang menggabungkan diskusi seni dan pertunjukan musik. Berikut wawancara kami dengan Mas Djoko Arisakti:


Shoutbox: Apa yang melatarbelakangi terbentuknya Taman Kolektif?


Mas Djoko : Awalnya sering ngumpul, ketemuan, ngobrol di Studio Taman, teman lama sampai yang baru kenal, beda-beda profesi, tapi sama-sama senang seni secara umum, terutama musik. Kita buat deh Taman Kolektif. Awalnya campur aduk, komunitas yang bergerak di seni secara umum, kebanyakan di seni lukis dan gambar.

Shoutbox: Sebagai event bulanan, apakah Taman Kolektif berfokus pada menciptakan ruang temu bagi berbagai penggiat seni?


Mas Djoko : Betul. Acara ini diadakan bulanan, biasanya di minggu terakhir tiap bulan. Tema yang diusung selalu berganti dan selalu berhubungan dengan seni, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Shoutbox: Adakah kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan acara ini sejauh ini?


Mas Djoko : Sampai sekarang, Alhamdulillah belum ada kendala yang berarti. Banyak teman-teman yang tertarik membantu dan berpartisipasi, baik sebagai narasumber, pengisi acara, maupun penonton. Semua gerak inisiatif sendiri dengan biaya seminim mungkin, karena biaya kami tanggung sendiri, walaupun masing-masing juga masih ngos-ngosan, hahaha.

Shoutbox: Siapa saja kolaborator dan penampil yang sudah terlibat dalam Taman Kolektif?


Mas Djoko : Sejak Episode 1, sudah banyak nama yang dikenal di bidang masing-masing. Dari musik ada Cang Ipang Horehore, band progressive Sengat, band hardcore Mothrahead, Hippotopia, dan Insya Allah pada 28 September 2024 ini, ada Levi (The Fly) dan Bachoxs, HalfRotten. Dari dunia buku ada Donny Anggoro, Riojowerry, dan dari film/iklan ada Clarissa Adinegoro, Uwie Balfas, serta target berikutnya Mas Yogi, hahaha.

Shoutbox: Konsep acaranya menggabungkan talkshow dengan pertunjukan musik. Bagaimana ceritanya format ini terbentuk?


Mas Djoko : Ya, acaranya memang talkshow/workshop/coaching clinic ditambah sedikit hiburan, seperti perform musisi atau puisi. Perform-nya selalu dalam bentuk akustik karena kita menjaga kenyamanan lingkungan. Secara venue ini semi-outdoor dan berada di kawasan hunian, jadi kita minimalisir gangguan dengan membuatnya tidak terlalu berisik.


Dengan semangat tinggi untuk menciptakan ruang berkumpul yang lebih besar dan inklusif, Mas Djoko dan tim Taman Kolektif berkomitmen untuk terus mengembangkan acara ini di masa depan.

(Agung Setiawan)

Shares:

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *