RilisanTalenta Bawah Radar

Sudhobool Menggoyang Industri Musik dengan Album Perdananya, Oplosun

Sudhobool kembali membawa angin segar ke ranah musik dengan perilisan album penuh mereka, Oplosun. Band yang memadukan orkes melayu dengan sentuhan rock ini tampaknya mencoba meruntuhkan batasan genre melalui lagu-lagu yang mengundang tawa sekaligus meremas hati. Dengan keberanian bereksperimen, Oplosun bukan sekadar album debut biasa, melainkan sebuah manifesto musikal dari grup yang tak mau terpaku oleh tradisi.

Album ini dibuka dengan “Opening (Intro) Power Rangger”, sebuah perpaduan heavy rock dengan dangdut orkes yang tidak biasa. Seakan memberi salam selamat datang dengan gaya Sudhobool yang penuh energi, mereka sukses memikat sejak awal. Begitu lagu pertama berakhir, pendengar langsung dibawa ke atmosfer berbeda dalam “Sobad”, sebuah ode bagi sahabat setia. Walaupun musik orkes yang mengiringi ceria, ada kesan melankolis pada notasi yang dimainkan—menggambarkan ikatan persahabatan yang kuat, terlepas dari suka maupun duka.

Sudhobool kemudian mengambil langkah berani dengan menghadirkan lagu berbahasa Jawa, “Abot”, yang terasa lebih mellow. Tidak bisa dipungkiri, dengan featuring Khalisa Naura, lagu ini seperti “nice try” yang tak hanya menyentuh hati, tetapi juga ingin merebut hati pasar musik Jawa yang begitu besar. Aransemen mellow ditambah lirik penuh perasaan, adalah formula pas yang mereka coba terapkan.

Album Oplosun tidak berhenti di situ. Dengan “Mahar”, Sudhobool membawa pendengar ke nuansa Melayu yang kental. Iqbal, sang vokalis, bahkan mencoba melantunkan lirik dengan pelafalan khas Melayu, menambah autentisitas lagu ini. Kehadiran Amabel Odelias sebagai penyanyi featuring semakin memperkuat karakteristik lagu ini sebagai penghubung emosi yang mendalam.

Namun, bukan Sudhobool jika tak pandai memainkan emosi. Track berikutnya, “Padre”, mengajak kita menundukkan kepala sejenak, merenung tentang sosok ayah yang menjadi sumber kekuatan, meski terkadang terlupakan. Lagu ini berhasil menyentuh dan menjadi semacam “tone down” dari petualangan musik yang sebelumnya penuh semangat.

Track “Obat Nyamuk Kingkong” mungkin sudah familiar bagi para penggemar, karena telah dirilis sebagai single beberapa bulan sebelumnya. Lagu ini tetap menghadirkan keunikan Sudhobool yang liar namun tetap fun.

Sebagai penutup, “Intel” kembali mengejutkan. Berbeda dengan track lainnya yang cenderung mellow, lagu ini menghentak dengan nuansa rock, mengingatkan pendengar bahwa Sudhobool tak hanya berkutat di orkes. Kehadiran Dimas Anggara, yang dikenal sebagai vokalis beberapa band rock, memberikan nafas baru pada penutup album ini. Album dibuka dengan rock, dan ditutup dengan cara yang sama—sebuah siklus musikal yang menyatu dengan baik.

Sebagai album debut, Oplosun menunjukkan keberanian dan kreativitas Sudhobool dalam mengeksplorasi banyak genre sekaligus. Namun, ada satu hal yang masih terasa: karakter khas Sudhobool sebagai band orkes belum terlalu terlihat jelas. Lagu-lagu mereka memang variatif, tetapi mereka perlu lebih banyak karya untuk benar-benar menancapkan identitas di industri musik yang luas ini.

Lagu-lagu seperti “Sobad” dan “Abot” berhasil memancing rasa penasaran, tetapi tantangan besar Sudhobool ke depan adalah tetap produktif dan relevan. Untuk itu, Sudhobool harus lebih giat memanfaatkan kanal media sosial dan menghadirkan sajian visual yang mendukung karya mereka, karena di era digital ini, visualisasi musik menjadi aspek penting dalam menarik perhatian pendengar.

Secara keseluruhan, Oplosun adalah langkah awal yang menjanjikan. Meskipun demikian, Sudhobool harus terus membuktikan bahwa mereka adaptif dan siap bersaing di lautan musik yang semakin kompetitif. Kita tunggu gebrakan selanjutnya dari mereka!

(Bayu Fajri)

Shares:

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *