Saosin, My Chemical Romance, Bring Me The Horizon, Architects, dan Killswitch Engage adalah inspirasi utama kuartet rock emo berbasis Depok ini. Bercita-cita menciptakan Euphosphere tidak hanya bagi para fans tapi juga penikmat dari semua kalangan, Euphorion merilis Lara/Dera yang rilis pada 2 April 2024 di semua platform musik digital. Peraih posisi runner up pada SUPERMUSIC Band Battle 2022 ini juga membocorkan pengerjaan album perdana mereka, The Dying Star.
Konsistensi nuance dalam lirik mellow berbalut riff gitar yang berat dan terdistorsi didukung hentakan drum mengiring jeritan vokal, menetapkan jalan bagi Euphorion bagi eksistensi nya di dunia rock emo. Tercatat band ini sudah melepas EP pada tahun 2018 tepat setahun setelah terbentuk mengambil tajuk “The Last Butterfly”, menyusul setiap tahun nya rilisan terbaru secara berturut yaitu Neohuman, Scarlet dan Loudmouths. Euphorion beranggotakan Wahyu Ekananda (Gitar), Javi Lilhawaditsi (Drum), Tirta Samudrajiwa (Bass) dan Ernest Dion (Vokal).
Lara adalah metafora kegelapan, kekosongan dan kedinginan bagi rasa kehilangan dan kesepian yang dihadapi oleh sepasang kekasih yang patah hati akibat tidak menemukan jalan damai. Terbentur dengan penyesalan, lahirlah Dera yang menjadi batas ambang keputusasaan dan harapan. Dera mengeskpresikan ketakutan, amarah dan kesedihan dalam rasa sakit yang tidak akan pernah hilang, akan selalu ada harapan untuk melanjutkan hidup. Menurut Euphorion dalam rilisan persnya, Dwi-tunggal Lara/Dera ini adalah lagu yang menyampaikan kegelapan dan cahaya kehidupan, dan bagaimana seseorang dapat menemukan kekuatan serta keberanian di tengah-tengah kesulitan.
(Agung Setiawan)

