Metafora hujan jadi jeda untuk menyela perjalanan memaknai waktu dan kehidupan. Berhenti sejenak bukan berarti menyerah pada keadaan dan jeda bukan berarti gangguan melainkan kesempatan untuk merenung, mengambil pelajaran dan menjadikannya bekal di masa depan. Fase kehidupan ini pun telah dilakoni bersama oleh Payung Teduh dengan vokalis lamanya, Mohammad Istiqamah Djamad yang kini bersolo karier dengan nama Pusakata yang akhirnya menyatu dalam Parade Hujan. Perjalanan memaknai jeda kehidupan ini melahirkan “Maka Diturunkanlah Hujan”, buah kolaborasi dengan Adrian Yunan, solois yang dulu pernah tergabung dengan Efek Rumah Kaca.
Syair lagu yang sederhana tapi padat makna dari Adrian Yunan langsung merasuk dengan aransemsen folk plus eksplorasi sound elektrik khas Pusakata, diiringi komposisi tempo birama dan melodi yang tenang memperkuat pesan dibalik lagu. Pesan semesta dibalik hujan yang memberikan waktu untuk berjarak dari hiruk-pikuk agar bisa berpikir sejenak memetik hikmah. “Hujan adalah simbolisasi dari media yang dikirimkan semesta, meditasi adalah proses perenungannya dan semoga yang kita capai adalah transformasi jiwa menjadi orang yang lebih baik,” ungkap Adrian Yunan, penulis lirik dan pencipta lagu ini Lagu ini diproduksi di studio milik musisi Endah N Rhesa, yakni Earspace Studio, Tangerang Selatan. Perekaman dan Mixing lagu dibantu sound engineer Rendy Kopay, kemudian mastering ditangani Rhesa Aditya. Single baru Parade Hujan x Adrian Yunan “Maka Diturunkanlah Hujan” sudah bisa disimak dan dinikmati di Spotify, Youtube, Apple Music dan digital streaming platform lainnya serentak pada 22 Maret 2024.
(Agung Setiawan)

